BOJONEGORO || TRANSISI NEWS – Pemkab Bojonegoro mengimbau warganya untuk meningkatkan kewaspadaan dini akan bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak. Imbauan ini disampaikan oleh dr. Retno Nurhayati dokter spesialis anak di Dinas Kesehatan Bojonegoro melalui program siar radio SAPA! (Selamat Pagi) Malowopati FM, Jumat (8/3/2024).
Menurut dr. Retno Nurhayati penyakit DBD, sebenarnya tidak hanya menyerang pada anak saja, tapi orang dewasapun juga bisa terjangkit penyakit DBD. Namun karena daya imun anak lebih rendah dibanding orang dewasa, maka anak-anak yang sering terjangkit penyakit DBD tersebut.
Fase DBD terbagi menjadi tiga, yaitu pertama fase demam yang terjadi di hari pertama hingga hari ketiga. Kedua fase kritis yang terjadi di hari keempat hingga ke enam yang ditandai dengan panas tinggi dan biasanya berlangsung selama 2 x 24 jam, dengan gejala telapak tangan dan kaki dingin dan tidak mau makan.
“Ketiga fase penyembuhan yang ditandai dengan anak sudah mulai aktif kembali dan meningkatnya nafsu makan,” ucapnya.
Lebih lanjut, dr. Retno juga menyampaikan langkah pertama untuk anak yang mengalami demam. Yakni jangan panik, atasi demam, sediakan termometer, berikan cairan seperti minum atau makan sup, membuka pakaian atau gunakan pakain yang tidak terlalu tebal agar pengeluaran suhu panas di dalam tubuh bisa maksimal. Selain itu juga perlu menyeka dengan air hangat, dan terakhir berikan obat penurun demam.
“Jika sudah melakukan langkah-langkah tersebut namun tidak ada perbaikan kondisi pada anak, maka segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapat penanganan yang lebih lanjut,” ujarnya.
Selain itu, dr. Retno mengatakan anak yang sudah terjangkit DBD, masih mungkin akan terjangkit Kembali. Sehingga, pemerintah telah menyediakan vaksin sebagai upaya pencegahan penyakit DBD yang dianjurkan untuk anak pada usia 6-19 tahun.
Sementara itu, dr. Rahmat Trisnanto, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro menambahkan bahwa upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik). Jumantik merupakan upaya gerakan yang sangat efektif, di mana setiap rumah ada satu jumantik. Kemudian satu rumah itu harus bisa menerapkan gerakan 3M, yakni mengubur, menguras, menutup.
Dr. Rahmat juga mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar”Jangan membuang botol bekas agar tidak terjadi genangan air yang menjadi berkembangbiaknya nyamuk,” imbuhnya.