Lensa Pewarta News
Oleh : Gok Ras
Untuk sementara gebrakan yang dilakukan mulai dari program uji coba makan siang bergizi gratis hingga hasrat untuk memanfaatkan hasil dari sumber daya manusia seperti kendaraan kreasi PT. Pindad hingga sumber daya alam yang harus lebih banyak memberi manfaat bagi warga bangsa Indonesia sebagai pemilik sah negeri ini.
Pembebasan kredit macet untuk petani dan nelayan serta para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), serta rumah murah bagi rakyat, pemberantasan judi online dan jaringan mafia narkoba perlu diiringi oleh disiplin aparat konsisten mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat seperti sumpah dan janji ketika hendak mengemban amanah untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya yang pokok dalam bidang pekerjaannya.
Rencana membangun tiga juta rumah murah rakyat agar bisa memiliki akses terhadap tempat tinggal yang layak dengan komposisi 2 juta rumah di desa dan 1 juta rumah di kota, seperti diungkap Menteri Perumahanan dan Kawasan, Maruarar Sirait saat Rakornas Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah 2024 di Sentul Jawab Barat, pekan lalu. Program rumah murah untuk rakyat ini cukup memberi harapan baru agar dalam tahap awal ini dapat terus berlanjut, karena memang masih cukup banyak rakyat Indonesia yang belum memiliki rumah.
Untuk masalah judo online (Judol) dan mafia pengedar narkoba, Kapolri pun telah menyatakan komitmennya untuk memberantas sampai ke akar-akarnya. Tentu saja konsistensi dari komitmen Kapolri ini tidak memiliki pengecualian bagi aparat yang sepatutnya harus dan wajib melakukan pencegahan dan pemberantasan pada garda terdepan. Soal keterlibatan aparat ini yang seharusnya menjadi pencegah, penangkal serta pembersih pelaku judol dan pengedar narkoba hingga penyelundupan serta beragam tindak kejahatan khususnya korupsi sedang menjadi perhatian yang serius dan terus ditunggu oleh masyarakat. Sebab hanya tindakan yang nyata dan tegas terhadap aparat yang bersekongkol dan ikut melakukan kejahatan yang dapat dipahami sebagai tindakan pengkhianatan ini, kepercayaan publik
tidak mungkin dapat dipulihkan.
Karena itu, aksi nyata dari segenap aparat pemerintah serta dari seluruh instansi yang terkait untuk berbuat nyata bagi rakyat dengan berbagai bentuk dan wujud serta cara yang dapat diwujudkan dapat mendorong simpati serta semangat rakyat berperan serta dalam membangun bangsa dan negara menjadi lebih baik, lebih sejahtera dan lebih beradab.
Karena itu, peranan pihak perusahaan pemerintah maupun swasta turut serta dalam memotivasi tumbuh dan terus berkembangnya semangat patriotis membangun bangsa dan negara sungguh sangat besar peranan yang dapat diberikan. Misalnya dengan mengalokasikan dana CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai wujud nyata dari kepedulian terhadap masyarakat akan memberi nilai tambah yang tidak hanya bersifat material belaka, tetapi akan menciptakan dampak spiritual yang tidak terkira besarnya. Seperti mensponsori kegiatan kesenian, penerbitan buku, kegiatan sosial serta gerakan penghijauan dan kebersihan lingkungan akan memberi manfaat berganda. Sebab yang terbangun bukan hanya sebatas obyek lingkungan setempat dan sekitarnya semata, tetapi untuk para pelaku yang terlibat di dalam kegiatan tersebut akan dapat berkembang dan melahirkan gairah dan semangat baru bagi banyak orang yang dapat ikut meningkat juga kualitas maupun kuantitasnya.
Minimal pemaknaan dari CSR yang mampu dialokasikan olek perusahaan besar seperti Pertamina dapat mengambil alih tanggung jawab sebagian dari kerusakan lingkungan akibat dari eksploitasi hasil tambang dari dalam perut bumi yang semakin rentan dan ringkih. Semua kerusakan itu tak hanya lingkungan alam, tetapi juga pada ranah sosial dan budaya bangsa yang semakin membuat kecemasan, perlu dan patut kita hadapi bersama agar dapat segera kita perbaiki tanpa perlu menuding pihak lain. Sebab hanya dengan sikap yang lebih bijak, pembenahan serta perbaikan dari beragam kerusakan di negeri tercinta ini dapat segera kita perbaiki, untuk kemudian dapat melenggang masuk dalam era kejayaan bangsa Indonesia yang telah hampir seabad (2045) perjalan memasuki pintu gerbang kemerdekaan Indonesia dengan segenap cita-cita luhur yang utama, yaitu mengatasi masalah rakyat miskin untuk segera membangun jiwa (spiritual dan intelektual) yang cerdas dengan raga yang sehat dan trengginas.