Opini  

Idul Fitri Bukan Hanya Ritual Keagamaan

admin
20250401 040424

Lensa Pewarta News

Oleh : Gok Ras (Jurnalis Lensa Pewarta News)

Bulan Ramadan dan IdulFitri bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan kesederhanaan, empati, dan kepedulian sosial. Dalam konteks ini, pemikiran Leo Tolstoy seakan menemukan relevansinya bahwa agama sejati bukan terletak pada ucapan dan simbol, melainkan dalam tindakan nyata terhadap sesama.

Tolstoy pernah berkata, “Jangan banyak bicara denganku tentang agama, tetapi izinkan aku melihat agama dalam perilakumu.” Dalam kaitannya dengan Ramadan, pesan ini mengingatkan kita bahwa puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain.

Jika puasa hanya sebatas menahan diri tanpa meningkatkan empati, maka esensinya belum sepenuhnya tercapai. Ketika berpuasa, kita mengalami sedikit saja dari apa yang dirasakan oleh mereka yang hidup dalam keterbatasan setiap hari.

Namun, apakah kita benar-benar memahami penderitaan mereka? Atau setelah berbuka, kita kembali larut dalam kemewahan tanpa peduli terhadap mereka yang masih kelaparan?

Kutipan Tolstoy yang lain, “Jika kamu merasakan sakit, itu berarti kamu hidup. Tetapi jika kamu merasakan sakitnya orang lain, kamu adalah manusia,” sangat sesuai dengan makna puasa.

Ramadan seharusnya melatih kita untuk tidak hanya merasakan kesulitan sendiri, tetapi juga merasakan dan merespons kesulitan orang lain.

Kemudian datanglah Idul Fitri, hari kemenangan yang sering kali hanya dirayakan dengan pakaian baru, makanan melimpah, dan euforia perayaan.

Padahal, sejatinya Idul Fitri adalah tentang kemenangan atas egoisme, kemenangan atas keserakahan, dan kemenangan atas ketidakpedulian.

Jika kita benar-benar memahami pesan Ramadan dan Idul Fitri, maka seharusnya hari raya tidak hanya menjadi ajang selebrasi, tetapi juga momentum untuk berbagi, membantu sesama, dan meneguhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan.

Karena pada akhirnya, sebagaimana yang diajarkan oleh Tolstoy, agama dan ibadah sejati adalah yang tercermin dalam bagaimana kita memperlakukan orang lain.

Bojonegoro, 1 April 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ojo di copast cuk !!